PERANAN WALI SANGA DI NUSANTARA



PENDAHULUAN

Sejak zaman prasejarah penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai  pelayar-pelayar handal yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antar pulau Indonesia dengan daerah di daratan Asia Tenggara.Wilayah barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian karena hasil yang dijual disana menarik para pedagang dan menjadi lintasan penting antara Cina dan India.

Masuknya Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu  bersamaan.Pada abad ke-7 sampai ke-10 kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya sampai ke Malaka dan Kedah.Hingga sampai akhir abad ke-12 perekonomian Sriwijaya mulai melemah.Keadaan seperti ini dimanfaatkan Malaka untuk melepaskan diri dari Sriwijaya hingga beberapa abad kemudian Islam masuk ke  berbagai wilayah Nusantara, dan pada abad ke-11 Islam sudah masuk di pulau Jawa. Pada abad 15 para saudagar muslim telah mencapai kemajuan pesat dalam usaha bisnis dan dakwah hingga mereka memiliki jaringan di kota-kota bisnis di sepanjang pantai Utara. Komunitas ini dipelopori oleh Walisongo yang membangun masjid pertama di tanah Jawa. Masjid Demak yang menjadi pusat agama yang mempunyai peran besar dalam menuntaskan Islamisasi di seluruh Jawa.Walisongo berasal dari keturunan syeikh ahmad bin isa muhajir dari hadramaut. Beliau dikenal sebagai tempat pelarian bagi para keturunan nabi dari arab saudi dan daerah arab lain yang tidak menganut syiah.

Penyebaran agama Islam di Jawa terjadi pada waktu kerajaan Majapahit runtuh disusul dengan berdirinya kerajaan Demak. Era tersebut merupakan masa peralihan kehidupan agama, politik, dan seni budaya.Di kalangan penganut agama Islam tingkat atas ada sekelompok tokoh pemuka agama dengan sebutanWali.Zaman itu pun dikenal sebagai zaman “ kewalen”.

Para wali itu dalam tradisi Jawa dikenal sebagai “Walisanga”, yang merupakan lanjutan konsep pantheon dewa Hindhu yang jumlahnya juga Sembilan orang. Wali sanga secara sederhana artinya sembilan orang wali, sedangkan secara filosofis maksudnya sembilan orang yang telah mampu mencapai tingkat wali, suatu derajat tingkat tinggi yang mampu mengawal babahan hawa sanga (mengawal sembilan lubang dalam diri manusia), sehingga memiliki peringkat wali.

Di dalam Ensiklopedi Islam disebutkan bahwa walisongo (sembilan wali) adalah  sembilan  ulama yang  merupakan  pelopor  dan  pejuang   pengembangan Islam  (islamisasi)   di  Pulau  Jawa  pada abad  kelima  belas  (masa  Kesultanan Demak).  Kata  “wali”  (Arab)  antara  lain  berarti  pembela, teman  dekat  dan pemimpin.  Dalam  pemakaiannya, wali  biasanya  diartikan  sebagai  orang  yang dekat  dengan  Allah  (Waliyullah).  Sedangkan  kata  “songo”  (Jawa)  berarti sembilan.  Maka walisongo secara  umum  diartikan  sebagai  sembilan  wali  yang dianggap  telah  dekat  dengan Allah SWT,  terus  menerus  beribadah  kepada-Nya, serta  memiliki  kekeramatan  dan  kemampuan kemampuan  lain  di  luar  kebiasaan manusia

Menurut  penemuan  K.H.Bisyri  Musthafa,  sebagaimana  diuraikan  oleh
Saifuddin Zuhri, jumlah para wali itu tidak hanya sembilan, tetapi lebih dari itu. Agaknya sembilan orang wali  itu adalah mereka  yang memegang  jabatan  dalam pemerintahan sebagai pendamping raja atau sesepuh kerajaan di samping peranan mereka  sebagai  mubalig  dan  guru.   Oleh  karena  mereka memegang  jabatan pemerintahan,  mereka  diberi  gelar sunan,  kependekan  dari susuhunan  atau sinuhun,  artinya  orang  yang  dijunjung  tinggi.  Bahkan  kadang-kadang  disertai dengan sebutan Kanjeng, kependekan dari kang jumeneng, pangeran atau sebutan lain  yang  biasa  dipakai  oleh  para raja  atau  penguasa  pemerintahan  di  daerah Jawa.

Walisongo tinggal di tiga wilayah penting, pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat yang mengakhiri era dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara menjadi era kebudayaan Islam.

Wali sanga yang terkenal dalam mengembangkan Islam di Pulau Jawa adalah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Meski demikian, masih ada perbedaan pendapat tentang nama-nama yang masuk dalam wali sanga ini.

RIWAYAT SINGKAT WALI SANGA

1.       Sunan Gresik

Sunan Gresik nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim. Beliau masih keturunan Ali Zainal Abidin al-Husein. Setelah mendedikasikan dirinya di Gresik, Jawa Timur, beliau mendapat gelar Maulana Maghribi, Syekh Maghribi, dan Sunan Gresik. Beliau datang ke Indonesia pada zaman kerajaan Majapahit tahun 1379 untuk menyebarkan Islam bersama-sama Raja Cermin. Maulana  Magribi datang  ke  Jawa  tahun  1404  M.  Beliau  berasal   dari Samarkandi di Asia Kecil. Dari Asia Kecil beliau  bermukim dulu di Campa dan kemudian datang  ke  Jawa  Timur. Kedatangan  beliau  jauh sesudah  agama  Islam masuk  di   Jawa  Timur.  Hal  ini  dapat  diketahui  dari  batu  nisan  seorang wanita muslim  bernama  Fatimah  binti  Maimun  yang   wafat  pada  tahun  476  H.  atau 1087M. Menurut  literatur  yang  ada,  Malik  Ibrahim  seorang  yang  ahli  pertanian dan ahli pengobatan. Sejak beliau berada di Gresik, hasil pertanian rakyat Gresik meningkat  tajam.  Dan  orang-orang yang sakit  banyak  disembuhkannya  dengan daun-daunan  tertentu.  Sifatnya  lemah  lembut,  belas  kasih dan  ramah  kepada semua  orang,  baik  sesama  muslim  atau  non  muslim  membuatnya  terkenal sebagai  tokoh  masyarakat  yang  disegani  dan  dihormati.  Kepribadiannya  yang baik  itulah  yang menarik  hati  penduduk  setempat  sehingga  mereka  berbondongbondong  untuk  masuk  agama Islam  dengan  suka  rela  dan menjadi  pengikut beliau yang setia. Malik  Ibrahim  menetap  di Gresik dengan  mendirikan  masjid  dan pesantren untuk  mengajarkan  agama  Islam kepada  masyarakat sampai  ia  wafat. Maulana Malik Ibrahim wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 822 H/ 1419 M, dan dimakamkan di Gapura Wetan, Gresik. Pada nisannya terdapat tulisan Arab yang  menunjukkan bahwa dia  adalah  seorang  penyebar  agama  yang  cakap  dan gigih.

2.       Sunan Ampel

Sunan Ampel lahir pada 1401, dengan nama kecil Raden Rahmat. Beliau adalah putra Raja Campa. Raden Rahmat menikah dengan Nyai Manila, seorang putri Tuban. Beliau mempunyai empat anak : Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), Putri Nyai Ageng Maloka dan Dewi Sarah (istri Sunan Kalijaga). Beliau terlibat dalam pembangunan masjid Demak (1479). Sunan Amel merupakan pelanjut perjuangan Maulana Malik Ibrahim yang sangat handal. Beliau terkenal dengan mengarang sya’ir dengan menggunakan ide-ide dan budaya lokal.
Sunan  Ampel  juga  yang  pertama  kali  menciptakan Huruf  Pegon  atau
tulisan  Arab  berbunyi  bahasa  Jawa.  Dengan  huruf  pegon  ini,  beliau  dapat menyampaikan  ajaran-ajaran  Islam  kepada  para  muridnya.  Hingga  sekarang huruf  pegon tetap  dipakai  sebagai  bahan  pelajaran  agama  Islam  di  kalangan pesantren.
Hasil didikan Sunan Ampel yang terkenal adalah falsafah Mo Limo atau tidak melakukan lima hal tercela, yaitu :
1.  Moh Main atau tidak mau berjudi
2.  Moh Ngombe atau tidak mau minum arah atau bermabuk-mabukan.
3.  Moh Maling atau tidak mau mencuri
4.  Moh Madat atau tidak mau mengisap candu, ganja dan lain-lain.
5.  Moh Madon atau tidak mau berzina.
Sunan Ampel wafat pada tahun 1481 M.

3.       Sunan Bonang
                                                                   
Nama aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putra Sunan Ampel. Sunan Bonang terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid. Beliau dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur. Setelah belajar di Pasai, Aceh, Sunan Bonang kembali ke Tuban, Jawa Timur, untuk mendirikan pondok pesantren.Sunan Bonang dan para wali lainnya dalam menyebarkan agama Islam selalu menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari wayang serta musik gamelan. Mereka memanfaatkan pertunjukan tradisional itu sebagai media dakwah Islam, dengan menyisipkan napas Islam ke dalamnya. Syair lagu gamelan ciptaan para wali tersebut berisi pesan tauhid, sikap menyembah Allah SWT. dan tidak menyekutukannya. Setiap bait lagu diselingi dengan syahadatain (ucapan dua kalimat syahadat); gamelan yang mengirinya kini dikenal dengan istilah sekaten, yang berasal dari syahadatain. Sunan Bonang sendiri menciptakan lagu yang dikenal dengan tembang Durma, sejenis macapat yang melukiskan suasana tegang, bengis, dan penuh amarah. Sunan Bonang wafat di pulau Bawean pada tahun 1525 M.

4.        Sunan Drajat

Nama aslinya adalah Raden Syarifudin. Ada suber yang lain yang mengatakan namanya adalah Raden Qasim, putra Sunan Ampel dengan seorang ibu bernama Dewi Candrawati. Jadi Raden Qasim itu adalah saudaranya Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Oleh ayahnya yaitu Sunan Ampel, Raden Qasim diberi tugas untuk berdakwah di daerah sebelah barat Gresik, yaitu daerah antara Gresik dengan Tuban. Di desa Jalang itulah Raden Qasim mendirikan pesantren. Dalam waktu yang singkat telah banyak orang-orang yang berguru kepada beliau. Setahun kemudian di desa Jalag, Raden Qasim mendapat ilham agar pindah ke daerah sebalah selatan kira-kira sejauh satu kilometer dari desa Jelag itu. Di sana beliau mendirikan Mushalla atau Surau yang sekaligus dimanfaatkan untuk tempat berdakwah. Tiga tahun tinggal di daerah itu, beliau mendaat ilham lagi agar pindah tempat ke satu bukit. Dan di tempat baru itu beliau berdakwah dengan menggunakan kesenian rakyat, yaitu dengan menabuh seperangkat gamelan untuk mengumpulkan orang, setelah itu lalu diberi ceramah agama. Demikianlah kecerdikan Raden Qasim dalam mengadakan pendekatan kepada rakyat dengan menggunakan kesenian rakyat sebagai media dakwahnya. Sampai sekarang seperangkat gamelan itu masih tersimpan dengan baik di museum di dekat makamnya. Beliau wafat ada petengahan abad ke 16.

5.       Sunan Kalijaga

Nama aslinya adalah Raden Sahid, beliau putra Raden Sahur putra Temanggung Wilatika Adipati Tuban. Raden Sahid sebenarnya anak muda yang patuh dan kuat kepada agama dan orang tua, tapi tidak bisa menerima keadaan sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan, hingga dia mencari makanan dari gudang kadipaten dan dibagikan kpeada rakyatnya. Tapi ketahuan ayahnya, hingga dihukum yaitu tangannya dicampuk 100 kali sampai banyak darahnya dan diusir. Setelah diusir, ia bertemu orang berjubah putih, dia adalah Sunan Bonang. Lalu Raden Sahid diangkat menjadi murid, lalu disuruh menunggui tongkatnya di depan kali sampai berbulan-bulan sampai seluruh tubuhnya berlumut. Maka Raden Sahid disebut Sunan Kalijaga. Sunan kalijaga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam, antara lain dengan wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam seperti. Sunan Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Sebagian wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disispkan ajaran agama dan nama-nama pahlawan Islam. Sunan Kalijaga wafat pada pertengahan abad ke 15.

6.       Sunan Giri

Sunan Giri merupakan putra dari Maulana Ishak dan ibunya bernama Dewi Sekardadu putra Menak Samboja. Nama Sunan Giri tidak bisa dilepaskan dari proses pendirian kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak. Ia adalah wali yang secara aktif ikut merencanakan berdirinya negara itu serta terlibat dalam penyerangan  ke Majapahit sebagai penasihat militer. Sunan Giri atau Raden Paku dikenal sangat dermawan, yaitu dengan membagikan barang dagangan kepada rakyat Banjar yang sedang dilanda musibah. Beliau pernah bertafakkur di goa sunyi selama 40 hari 40 malam untuk bermunajat kepada Allah. Usai bertafakkur ia teringat pada pesan ayahnya sewaktu belajar di Pasai untuk mencari daerah yang tanahnya mirip dengan yang dibawahi dari negeri Pasai melalui desa Margonoto. Sampailah Raden Paku di daerah perbatasan yang hawanya sejuk, lalu dia mendirikan pondok pesantren yang dinamakan Pesantren Giri. Sunan Giri sangat berjasa dalam penyebaran Islam baik di Jawa atau nusantara baik dilakukannya sendiri waktu muda melalui berdagang atau bersama muridnya. Beliau juga menciptakan tembang-tembang dolanan anak kecil yang bernafas Islami, seperti jemuran, cublak suweng dan lain-lain. Sunan Giri wafat pada awal abad ke 16.

7.       Sunan Kudus

Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Beliau memiliki keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam ilmu fikih, tauhid, hadits, tafsir serta logika. Karena itulah di antara walisongo hanya ia yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya), dank arena keluasan ilmunya ia didatangi oleh banyak penuntut ilmu dari berbagai daerah di Nusantara.
Ada cerita yang mengatakan bahwa Sunan Kudus pernah belajar di Baitul Maqdis, Palestina, dan pernah berjasa memberantas penyakit yang menelan banyak korban di Palestina. Atas jasanya itu, oleh pemerintah Palestiana ia diberi ijazah wilayah (daerah kekuasaan) di Palestina, namun Sunan Kudus mengharapkan hadiah tersebut dipindahkan ke Pulau Jawa, dan oleh Amir (penguasa setempat) permintaan itu dikabulkan. Sekembalinya ke Jawa ia mendirikan masjid di daerah Loran tahun 1549, masjid itu diberi nama Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar (Masjid Menara Kudus) dan daerah sekitanya diganti dengan nama Kudus, diambil dari nama sebuah kota di Palestina, al-Quds. Dalam melaksanakan dakwah dengan pendekatan kultural, Sunan Kudus menciptakan berbagai cerita keagamaan. Yang paling terkenal adalah Gending Maskumambang dan Mijil. Cara-cara berdakwah Sunan Kudus adalah sebagai berikut:
a.       Strategi pendekatan kepada masa dengan jalan:
1.    Membiarkan adat istiadat lama yang sulit diubah
2.    Menghindarkan konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan agama islam
3.    Tut Wuri Handayani
4.    Bagian adat istiadat yang tidak sesuai dengan mudah diubah langsung diubah.
b.    Merangkul masyarakat Hindu seperti larangan menyembelih sapi karena dalam agama Hindu sapi adalah binatang suci dan keramat.
c.    Selamatan Mitoni
Biasanya sebelum acara selamatan diadakan membacakan solawat Nabi.
Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M dan dimakamkan di Kudus. Di pintu makan Kanjeng Sunan Kudus terukir kalimat asmaul husna yang berangka tahun 1296 H atau 1878 M

8.         Sunan Muria (Raden Umar Said)

Sunan Muria adalah putera pertama Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak. Nama asli beliau adalah Raden Umar Said, sedang nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Dalam berdakwah, Sunan Muria meniru cara yang telah dilakukan dengan sukses oleh ayahandanya, yaitu menggunakan alat musik Jawa (gamelan). Sasaran yang digarap oleh Sunan Muria adalah masyarakat yang  bertempat tinggal di pedesaan, jauh dari pusat pemerintahan maupun kota. Oleh karena itu, Sunan Muria membangun pesantren di lereng gunung Muria, dan karena itulah gelar Sunan Muria diberikan oleh masyarakat. Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar Said, dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu menggunakan cara halus, ibarat menganbil ikan tidak sampai keruh airnya. Muria dalam menyebarkan agama Islam. Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Beliau adalah satu-satunya wali yang mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah dan beliau pulalah yang menciptakan tembang Sinom dan kinanthi. Beliau banyak mengisi tradisi Jawa dengan nuansa Islami seperti nelung dino, mitung dino, ngatus dino dan sebagainya. Lewat tembang-tembang yang diciptakannya, sunan Muria mengajak umatnya untuk mengamalkan ajaran Islam. Karena itulan sunan Muria lebih senang berdakwah  pada rakyat jelata daripada kaum bangsawan. Cara dakwah inilah yang menyebabkan suna Muria dikenal sebagai sunan yang suka berdakwak tapa ngeli yaitu menghanyutkan diri dalam masyarakat.

9.         Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

 Nama aslinya adalah Syarif Hidayatullah, beliau lahir di Makkah. Banyak versi yang menceritakan tentang keberadaan Sunan Gunungjati ini, tetapi cerita yang termasyhur adalah menikahnya Sunan Gunungjati dengan seorang puteri Cina bernama Ong Tien, yang kemudian namanya diganti dengan Nyai Ratu Rara Semanding. Sunan Gunung Jati memang mempunyai hubungan baik dengan kaisar Cina. Dalam rangka menjalin hubungan baik tersebut, pada tahun 1479 beliau berkunjung ke Cina dan bertemu dengan kaisar Hong Gie, serta berkenalan dengan sekretaris kerajaan bernama Ma Huan, Jendral Ceng Ho, dan Fei Hsin. Ketiga tokoh itu telah memeluk agama Islam.Disini Sunan Gunungjati membuka praktek pengobatan,dan  banyak masyarakat Cina yang berobat kepadanya.Kesempatan ini digunakan sebaik- baiknya oleh beliau untuk berdakwah. Setelah selesai menuntut ilmu pada tahun 1470 dia berangkat ketanah Jawa untuk mengamalkan ilmunya. Disana beliau bersama ibunya disambut gembira oleh  pangeran Cakra Buana. Syarifah Mudain minta agar diizinkan tinggal dipasumbangan Gunung Jati dan disana mereka membangun pesantren untuk meneruskan usahanya Syeh Datuk Latif gurunya pangeran Cakra Buana. Oleh karena itu Syarif Hidayatullah dipanggil sunan gunung Jati. Lalu ia dinikahkan dengan putri Cakra Buana Nyi Pakung Wati kemudian ia diangkat menjadi pangeran Cakra Buana yaitu pada tahun 1479 dengan diangkatnya ia sebagai pangeran dakwah islam dilakukannya melalui diplomasi dengan kerajaan lain. Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah Kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha mempengaruhi kerajaan yang  belum menganut agama Islam. Dari Cirebon, ia mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Sunan Gunungjati membangun masjid pada tahun 1480 yang diberi nama Masjid Agung Sang Ciptarasa. Pembangunan masjid ini mendapat bantuan penuh
dari Sultan Demak dan Walisongo. Bahkan juga diceritakan bahwa Sunan Kalijogo ikut menyumbangkan sebuah tiang tatal. Masjid ini juga sering dijadikan pusat  pertemuan Walisongo untuk membicarakan masalah-masalah yang dihadapi pada saat itu.

PERAN WALI SANGA DI NUSANTARA

Peran wali sanga untuk menyebarkan agama Islam dalam berbagai bidang di daerah Pulau Jawa dan Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

1.       Pendidikan

Peran  walisongo  di  bidang  pendidikan  terlihat  dari  aktivitas  mereka dalam  mendirikan  pesantren,  sebagaimana  yang  dilakukan  oleh  Sunan  Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Bonang.
Sunan  Ampel  mendirikan  pesantren  di  Ampel  Denta  (dekat  Surabaya) yang sekaligus menjadi pusat penyebaran Islam yang pertama di Pulau Jawa. Muridnya  antara  lain Raden  Paku  (Sunan  Giri),  Raden  Makdum  Ibrahim  (Sunan  Bonang),  Raden Kosim Syarifuddin (Sunan Drajat), Raden Patah (yang kemudian menjadi sultan pertama  dari  Kerajaan  Islam  Demak),  Maulana  Ishak,  dan  banyak  lagi.
Sunan  Giri  mendirikan  pesantren  di  daerah  Giri.  Santrinya banyak   berasal  dari  golongan  masyarakat  ekonomi  lemah.  Ia  mengirim  juru dakwah terdidik ke berbagai daerah di luar Pulau Jawa seperti Madura, Bawean, Kangean,  Ternate  dan  Tidore.
Sunan  Bonang  memusatkan  kegiatan  pendidikan dan  dakwahnya  melalui  pesantren  yang  didirikan  di  daerah  Tuban. Sunan Bonang   memberikan  pendidikan  Islam  secara  mendalam  kepada  Raden  Fatah, putera raja  Majapahit,  yang kemudian  menjadi  sultan pertama  Demak.  Catatan-catatan pendidikan tersebut kini dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.

2.       Politik

Beberapa wali sanga menjadi penasehat kerajaan. Sunan Gunung Jati bahkan menjadi raja. Sunan Ampel sangat berpengaruh di kalangan istana Majapahit. Isterinya berasal dari kalangan istana dan Raden Patah (putra raja Majapahit) adalah murid beliau. Dekatnya  Sunan  Ampel  dengan  kalangan  istana  membuat  penyebaran  Islam  di daerah Jawa  tidak  mendapat  hambatan,  bahkan  mendapat  restu  dari  penguasa kerajaan.

Sunan Giri fungsinya sering dihubungkan dengan pemberi restu  dalam penobatan raja. Setiap kali muncul masalah penting yang harus diputuskan, wali yang  lain  selalu  menantikan  keputusan  dan  pertimbangannya.  Sunan  Kalijaga juga menjadi penasehat kesultanan Demak Bintoro.

3.       Dakwah

Peran  walisongo  yang  sangat  dominan  adalah  di bidang  dakwah,  baik  dakwah  bil  lisan  maupun  bil  hal.  Sebagai  mubalig, walisongo berkeliling dari satu daerah ke daerah lain dalam menyebarkan agama Islam.  Sunan  Muria  dalam  upaya  dakwahnya   selalu  mengunjungi  desa-desa terpencil. Salah satu  karya yang monumental dari walisongo adalah mendirikan mesjid  Demak.  Hampir  semua  walisongo  terlibat  di  dalamnya.  Adapun  sarana yang  dipergunakan  dalam  dakwah  berupa  pesantren-pesantren  yang  dipimpin oleh  para  walisongo   dan  melalui  media  kesenian,  seperti  wayang.  Mereka memanfaatkan pertunjukan-pertunjukan tradisional sebagai media dakwah Islam, dengan  menyisipkan  nafas  Islam  ke  dalamnya.  Syair  lagi  gamelan  ciptaan  para wali  tersebut  berisi  pesan  tauhid,  sikap  menyembah  Allah  dan  tidak menyekutukan-Nya.

4.       Seni Budaya

Sunan  Kalijaga  terkenal  sebagai  seorang  wali  yang  berkecimpung  di bidang  seni.  Sebagai  budayawan  dan  seniman,  banyak  karya  Sunan  Kalijaga yang menggambarkan pendiriannya. Di antaranya adalah gamelan, wayang kulit, dan  baju  takwo.  Sunan  Ampel  menciptakan Huruf  Pegon  atau  tulisan  Arab berbunyi  bahasa  Jawa.  Hingga  sekarang huruf  pegon  masih  dipakai  sebagai bahan  pelajaran  agama  Islam  di  kalangan  pesantren.
Sunan  Giri  juga  sangat berjasa  dalam  bidang  kesenian,  karena  beliau  menciptakan  tembang-tembang dolanan anak-anak yang bernafaskan Islam. Sunan Drajat juga tidak ketinggalan untuk  menciptakan  tembang  Jawa  yang  sampai  saat  ini  masih  digemari masyarakat, yaitu Gending Pangkung, semacam lagu rakyat di Jawa. Sunan Bonang dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur. Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Bonang selalu menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari wayang serta musik gemelan.

Kesembilan wali ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam  penyebaran agama Islam di pulau Jawa pada abad ke-15. Adapun peranan walisongo dalam penyebaran agama Islam antara lain:
1. Sebagai pelopor penyebarluasan agama Islam kepada masyarakat yang  belum banyak mengenal ajaran Islam di daerahnya masing-masing.
2. Sebagai para pejuang yang gigih dalam membela dan mengembangkan agama Islam di masa hidupnya.
3. Sebagai orang-orang yang ahli di bidang agama Islam.
4. Sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT karena terus-menerus  beribadah kepada-Nya, sehingga memiliki kemampuan yang lebih.
5. Sebagai pemimpin agama Islam di daerah penyebarannya masing-masing, yang mempunyai jumlah pengikut cukup banyak di kalangan masyarakat Islam.
6. Sebagai guru agama Islam yang gigih mengajarkan agama Islam kepada  para muridnya.
7. Sebagai kiai yang menguasai ajaran agama Islam dengan cukup luas.
8. Sebagai tokoh masyarakat Islam yang disegani pada masa hidupnya. Berkat kepeloporan dan perjuangan wali sembilan itulah, maka agama Islam menyebar ke seluruh pulau Jawa bahkan sampai ke seluruh daerah di Nusantara.

KESIMPULAN

Setelah walisongo datang ke Jawa, Islam menjadi semakin diminati sebagai agama masyarakat sekitar.Seperti contohnya yaitu ajaran yang di ajarkan oleh Sunan Gresik bahwa dalam Islam tidak mengenal kasta. Ini menunjukkan bahwa semua manusia itu sama derajatnya dimata manusia, hanya saja akan berbeda derajat tersebut dihadapan Allah bagi orang-orang yang beriman dan paling bertaqwa. Dengan statement seperti itu, ternyata masyarakat sekitar yang pada awalnya menduduki kasta Sudra, akhirnnya memilih Islam sebagai agama mereka yang tidak mengenal pengkastaan.Kemudian Sunan Kalijogo dengan kekhasannya dalam mendakwahkan Islam melalui kesenian wayang yang digemari masyarakat pada waktu itu, ternyata juga mengundang minat masyarakat untuk memasuki agama Islam sebagai agama ketauhidan yang mengenal Allah sebagai Tuhan mereka. Dan otomatis masyarakat dengan sendirinya meninggalkan ajaran animisme dan dinamisme oleh nenek moyang mereka. Dan masih banyak lagi peran Sunan-sunan yang dengan trik-triknya mendakwahkan Islam di Jawa melalui pesantren, pembangunan masjid, tembang Jawa, gamelan, serta hal-hal lain yang mengundang minat masyarakat pada waktu itu sehingga Islam meluas di Jawa sampai dewasa ini
Previous
Next Post »

1 comments:

Write comments
Anonymous
AUTHOR
January 6, 2016 at 4:59 PM delete

Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.

Lebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada KAUM MUSLIM : yang hidup maupun yang mati, di dunia maupun di akhirat. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.

Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah

A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
Arrahmaanirrahiim
Maaliki yaumiddiin,
Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
Ihdinashirratal mustaqiim,
Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin

Aamiin

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.

Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma’iin.

ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.

RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.

Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.

Allaahummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa.

Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim.

Ya Allaah, percepatlah kebangkitan KAUM MUSLIM. Pulihkanlah kejayaan KAUM MUSLIM, Lindungilah KAUM MUSLIM dari kesesatan dan berilah KAUM MUSLIM tempat mulia di akhirat.

Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.

Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.

Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.

Allaahummadfa’ ‘annal balaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a wasy-syadaa-ida walmihana maa zhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa haadzaa khaash-shataw wamin buldaanil muslimuuna ‘aammah.

Allaahumma ashlih lanaa diinanal ladzii huwa ‘ishmatu amrina Wa ashlih lanaa dun-yaanal latii fii haa ma’asyunaa. Wa ashlih lanaa aakhiratanal latii ilaihaa ma’aadunaa. Waj’alil hayaata ziyadatan lanaa fii kulli khairin. Waj’alil mauta raahatan lanaa min kulli syarrin.

YA ALLAAH, IZINKANLAH SEGALA NAMA DAN GELAR SAYYIDINA WA NABIYYINA WA MAULAANAA MUHAMMAD SHALLALLAAHU’ALAIHI WA AALIHI WA SHABIHI WA UMMATIHI WA BARAKA WAS SALLAM MEWUJUDKAN BERKAH KE SEANTERO SEMESTA – KHUSUSNYA BAGI KAMI, KELUARGA KAMI DAN KAUM MUSLIM.

YA ALLAAH, IZINKANLAH PULA KAMI MERAIH BERKAH-MU MELALUI PERANTARAAN BERBAGAI TULISAN DALAM SITUS INI.

—— doa khusus untuk PARA NABI, PARA KELUARGANYA, PARA SAHABATNYA, SEMUA YANG BERJASA PADA (PARA) NABI, PARA SALAF AL-SHAALIH, PARA SYUHADA, PARA WALI, PARA HABAIB, PARA IMAM, PARA ULAMA DAN SEMUA YANG BERJASA PADA ISLAM, SERTA SEMUA MUSLIM SALEH YANG (TELAH) WAFAT. Semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka.

ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM
ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM
———————

Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.

Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.

HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.

Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.

Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.

Ganie, Indra Ali – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia

Reply
avatar